Katakata bijak sekolah yang pertama yaitu ada kata-kata bijak agar giat dalam belajar. Ya, belajar merupakan sebuah hal penting yang harus dilakukan oleh para siswa maupun siswi. Apapun yang dipelajari akan sangat berguna bagi kita untuk di masa depan. Dan berikut ini ada beberapa kata-kata bijak sekolah untuk giat belajar tersebut. 1. Bantinglahotak untuk mencari ilmu sebanyak-banyaknya guna mencari rahasia besar yang terkandung di dalam benda besar yang bernama dunia ini tetapi pasanglah pelita dalam hati sanubari yaitu pelita kehidupan jiwa. Kata Mutiara Ilmu Nahwu By bijak Posted on June 5 2018. 40 Kata-Kata Bijak Ibnu Athaillah Penulis Kitab Al-Hikam yang Terkenal. SemogaSanggup Menjadi Inspirasi Atau Manjadi Kata Bucin Bagi Rekan Baik Semua Yang Sedang Memerlukan Sebuah Kata Kata Bijak Percintaan, Kehidupan,. Kata kata romantis ilmu nahwu terbaru pustaka progressif toko buku islam belajar mudah ilmu nahwu. Terimakasih yang telah mampir, semoga manfaat. Jangan sungkan buat mengunjungi lagi di website kami ini, karena bakalan diupdate postingannya setiap hari. Nahwu Shorof Kata Kata Bucin Ala Santri Katabaku Sumber : Kata kata cinta versi ilmu nahwu Katakata Bijak 1 s/d 10 dari 290. 1 7 8 Berikutnya. Ali bin Abi Thalib. Pemeluk Islam pertama dan juga keluarga dari Nabi Muhammad 599-661. - +. +1091. Ilmu tanpa akal ibarat seperti memiliki sepatu tanpa kaki. Dan akal tanpa ilmu ibarat seperti memiliki kaki tanpa sepatu. Abu Hamid Al Ghazali. Vay Tiền Trả Góp Theo Tháng Chỉ Cần Cmnd Hỗ Trợ Nợ Xấu. Pengantar Ilmu Nahwu Pernahkah kita berpikir kenapa ada beberapa kata yang sama dalam Al-Qur’an tetapi memiliki harakat akhir yang berbeda-beda. Kadang berharakat dhammah, fathah atau kasrah meskipun untuk kata yang sama. Contohnya lafal Allah. Dalam basmalah, lafal Allah berharakat kasrah بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang”. Al Fatihah 1 Dalam ayat kursi, lafal Allah berharakat dhammah اَللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۚ اَلْحَيُّ الْقَيُّوْمُ “Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Yang Mahahidup, Yang terus menerus mengurus makhluk-Nya”. Al Baqarah 255 Dalam ayat lain, lafal Allah berharakat fathah يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ مَعَ الصّٰبِرِيْنَ “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” Al Baqarah 153 Perubahan harakat di atas tidaklah sembarangan. Terdapat kaidah yang mengatur perubahan harakat akhir kalimat tersebut. Kesalahan dalam pemberian harakat bisa mengubah pelaku jadi korban dan sebaliknya. Sebagai contoh kalimat ضَرَبَ زَيْدٌ بَكْرًا “Zaid telah Memukul Bakr”, akan tetapi bila seperti ini ضَرَبَ بَكْرٌ زَيْدًا Artinya menjadi “Bakr telah memukul Zaid”. Oleh karena itu, mempelajari kaidah seputar perubahan harakat akhir ini begitu penting. Kaidah ini dibahas dalam ilmu nahwu. Karena, memang ilmu nahwu adalah salah satu cabang dari ilmu Bahasa Arab yang membahas tentang bagaimana menyusun kalimat yang sesuai dengan kaidah Bahasa Arab, baik yang berkaitan dengan letak kata dalam suatu kalimat atau kondisi kata harakat akhir dan bentuk dalam suatu kalimat. Selain ilmu nahwu, ilmu penting yang wajib dipelajari untuk pemula adalah ilmu sharaf. Kedua cabang ilmu ini wajib dipelajari oleh para pemula. Karena, dengan kedua ilmu ini, kita dapat mengetahui dan memahami bagaimana cara membuat kalimat yang sesuai dengan kaidah Bahasa Arab resmi. Adapun bila kita ingin membuat kalimat Bahasa Arab yang indah, baik dari sisi susunan, pemilihan kata, dan maknanya, atau tinggi nilai sastranya, maka kita perlu mempelajari cabang Bahasa Arab seperti ilmu balaghah keindahan bahasa, ilmu ma’ani memahami teks sesuai konteks, dan ilmu arudh syair bahasa arab. Apa Perbedaan Ilmu Sharaf dan Ilmu Nahwu? Fokus pembahasan ilmu sharaf ialah pada perubahan kata dari satu bentuk ke bentuk yang lain yang dikenal dengan istilah tashrif. Dengan ilmu sharaf, kita bisa mengetahui bentuk kata yang sesuai untuk digunakan dalam kalimat. Sedangkan ilmu nahwu fokus pada bagaimana kita merangkai kata-kata menjadi sebuah kalimat yang sempurna, baik dari sisi susunan kata tersebut atau perubahan akhir setiap kata dalam kalimat yang dikenal dengan istilah i’rab. Apa Pentingnya Belajar Ilmu Nahwu? Ilmu nahwu adalah ilmu yang wajib dikuasai untuk bisa memahami kaidah penyusunan kalimat dalam Bahasa Arab. Bahasa Arab memiliki pola kalimat yang berbeda dengan Bahasa Indonesia. Karena, ia tidak hanya berbicara tentang susunan kata dalam suatu kalimat, tetapi juga berbicara keadaan huruf terakhir dari suatu kata yang ada pada kalimat. Bila keadaan huruf terakhir suatu kata berbeda, maka berbeda pula maknanya sebagaimana contoh-contoh yang telah kami sebutkan. Sebagai seorang muslim, mempelajari Bahasa Arab sudah merupakan suatu keharusan. Bagaimana kita bisa memahami isi kandungan Al Qur’an, bila kita tidak memahami bahasanya? Bagaimana kita bisa menyelami lautan hikmah dalam hadits-hadits Rasulullah bila Bahasa Arab saja kita tidak mengerti? Allah subhanahu wa ta’ala berfirman اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ قُرْاٰنًا عَرَبِيًّا لَّعَلَّكُمْ تَعْقِلُوْنَ “Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.” Yusuf 2 juga firman Nya بِلِسَانٍ عَرَبِىٍّ مُّبِيۡنٍؕ‏ “Dengan Bahasa Arab yang jelas.” Asy Syu’araa 195 Allah subhanahu wa ta’ala juga berfirman قُرْاٰنًا عَرَبِيًّا غَيْرَ ذِيْ عِوَجٍ لَّعَلَّهُمْ يَتَّقُوْنَ “ialah Al Quran dalam Bahasa Arab yang tidak ada kebengkokan di dalamnya supaya mereka bertakwa” Az Zumar 28 Umar Bin Khattab berkata تعلَّمُوا العربيَّةَ فإنَّها مِن دينِكم “Pelajarilah Bahasa Arab, karena Bahasa Arab adalah bagian dari agama kalian” Al Imam Asy Syafi’i berkata من تبَحَرَّ فى النحو اهتدى إلى كل العلوم “Orang yang menguasai ilmu nahwu, maka ia akan dimudahkan untuk memahami seluruh ilmu islam” Oleh karena itu, marilah kita berdoa kepada Allah, agar kita dimudahkan dalam mempelajari Bahasa Arab agar kita bisa memahami agama kita dengan baik. Mengenal Unsur Penyusun Kalimat Seperti yang kita ketahui, kalimat merupakan susunan dari beberapa kata yang memiliki makna. Dalam Bahasa Indonesia banyak digunakan definisi kata, seperti kata kerja, kata benda, kata sifat, kata sambung, kata hubung, kata tanya, dan sebagainya. Begitupun dengan Bahasa Arab, memiliki banyak istilah kata yang kurang lebih sama dengan Bahasa Indonesia. Hanya saja, dalam Bahasa Arab, seluruh kata yang ada bisa dikelompokkan menjadi 3 kelompok besar, yaitufi’il kata kerjaisim kata benda, kata sifatdan huruf kata sambung, kata hubungPerhatikan contoh kalimat berikut ini ذَهَبَ زَيْدٌ الى المدرسة “Zaid telah pergi ke sekolah” Kalimat di atas memiliki tiga unsur penyusun Fi’il kata kerja Isim kata benda Huruf Arab yang memiliki makna Untuk contoh kalimat di atas, “ذَهَبَ“ adalah kata kerja fi’il , “ زَيْدٌ” dan ”المَدْرَسَةِ “ adalah kata benda isim berupa nama orang dan nama tempat, dan “ َالى “ke adalah huruf. Hanya ketiga unsur ini yang ada pada kalimat Bahasa Arab meskipun setiap unsur ini memiliki jenis dan pembagian 2 Hanya pendekatan saja. Umumnya kata benda dan kata sifat termasuk isim. Bukan berarti seluruh kata sifat adalah Isim. Karena ada kata sifat dalam Bahasa Arab yang masuk dalam kelompok kata kerja fi’il 3 Hanya pendekatan kata sambung dan kata hubung adalah huruf. Namun, tidak sedikit kata sambung atau kata hubung yang termasuk kelompok Isim. Pada pengantar ini, kita akan mempelajari semua jenis pembagian fi’il, isim, dan huruf yang wajib diketahui dan dipahami oleh para pemula. KLIK DONASI Mari bantu berikan donasi apabila artikel ini bermanfaat 😊. Terima kasih, Jazaakumullahu Khoiron. Jakarta Ilmu nahwu mungkin belum begitu familier di telinga sebagian orang. Ilmu nahwu ini berkaitan dengan bahasa Arab. Bila kamu ingin mempelajari dan menguasi bahasa Arab, maka kamu perlu memahami ilmu nahwu ini. Nahwu Shorof adalah Bidang Studi Bahasa Arab, Ini Penjelasannya Metode Tamyiz adalah Formulasi Quantum Nahwu Shorof, Begini Contohnya Tamyiz adalah Istilah yang Ada dalam Ilmu Fiqih dan Nahwu, Begini Maknanya Ilmu nahwu mempelajari prinsip-prinsip untuk mengenali kalimat-kalimat bahasa Arab. Hal ini terutama berkaitan dengan bagaimana membunyikan bagian akhir dari suatu kata dalam struktur kalimat. Ilmu nahwu berkaitan dengan ilmu shorof. Ilmu shorof merupakan ilmu yang mempelajari prinsip-prinsip untuk mengenal pola-pola kalimat dan kondisi-kondisinya. Dengan ilmu Sharaf kita bisa mengeahui pola kata, karena setiap kata dalam bahasa Arab memiliki pola. Berikut rangkum dari berbagai sumber, Kamis 1/6/2023 tentang ilmu Islami tentang Nama-nama Hari dalam Bahasa ArabPengertian Ilmu NahwuIlustrasi kosakata Arab. Foto oleh Mona Termos Nahwu merupakan salah satu bagian dasar dari ilmu tata bahasa dalam bahasa Arab untuk mengetahui jabatan kata dalam kalimat dan bentuk huruf atau harakat terakhir dari suatu kata. Dalam bahasa Indonesia, nahwu disebut juga nahu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, nahwu atau nahu adalah tata bahasa menyangkut tata kalimat dan tata bentuk. Ilmu nahwu juga disebut dengan gramatika atau sintaksis. Ilmu nahwu diambil dari kata dalam bahasa Arab “Nahwu” yang artinya contoh. Sementara itu, menurut terminologi, ilmu nahwu adalah ilmu yang membahas pokok-pokok isim, fi’il, huruf, macam-macam i’rob, awamil, tawabi’, dan lain-lain, yang dengan ilmu tersebut dapat diketahui keadaan-keadaan akhir kalimah baik secara i’rob maupun mabni. Ada beberapa pengertian ilmu nahwu dalam bahasa Arab, di antaranya yaitu 1. Ilmu nahwu adalah ilmu yang mempelajari tentang jabatan kata dalam kalimat dan harakat akhirnya, baik berubah i'rab atau tetap bina 2. Ilmu nahwu merupakan kaidah-kaidah yang dengannya diketahui hukum-hukum akhir-akhir kata bahasa arab dalam keadaan tersusun. 3. Ilmu nahwu yaitu ilmu yang menunjukan kepada kita bagaimana cara untuk menggabungkan kata benda ismun, kata kerja fi’lun, atau partikel huruf/harfun untuk membentuk kalimat yang bermanfaat jumlah mufidah juga untuk mengetahui keadaan i’rab huruf akhir dari sebuah ilmu nahwu adalah Abu Al-Aswad Ad-Du'ali. Suatu saat Aswad Ad-duali mendengarkan anak perempuannya berucap مَا اَجْمَلُ السَّمَاءِ baca maa ajmalusamaai" Maka Aswad Ad-Duali pun menjawab Kawakibuhaa atau Nujumuha Bintang bintangnya, karena Abu Al-Aswad Ad-Du'ali mengira anak perempuannya bertanya. Namun anaknya membantah, yang ia maksud adalah takjub bukan pertanyaan. Maka Aswad Ad-Duali pun menjawab اِفْتَحِيْ فِيْكِ – iftahii Fiiki Bukalah Mulutmu Yang Maksudnya adalah sebagati teguran bacaannya adalah Maa Ajmalaassama'a ! مَا اَجْمَلَ السَّمَاءَ, bukan Maa Ajmalassama'u مَا اَجْمَلَ السَّمَاءُ Aswad Ad-Dauli pun menceritakan prihal ini kepada Sayyidina Ali bin Abi Thalib, kemudian Sayyidina Ali memerintahkan untuk mendokumentasikan prihal ilmu nahwu, agar tidak ada lagi kesalahan bacaan dan pengucapan dalam bahasa Arab hingga membuat makna yang Pembelajaran Ilmu NahwuIlustrasi bahasa Arab sumber iStockSetelah memahami pengertian dari ilmu nahwu, kamu bisa memahami tujuan pembelajarannya. Tujuan pelajaran Ilmu nahwu adalah sebagai penjagaan lisan dari kesalahan dalam pengucapan lafal bahasa arab dan untuk memahami Al-Quran serta Hadis Nabi Muhammad SAW dengan pemahaman yang benar. Hal ini karena Al-Qur'an dan As-Sunnah inilah asal syariat Islam dan di atas kedua hal tersebut pembahasan seputar syariat islam terjadi. Tujuan utama dari mempelajari ilmu nahwu tentunya agar kamu dapat memahami kitabullah Al-Quran dan sunah rasul-Nya Nabi Muhammad SAW. Hal ini disebabkan karena kebanyakan pembahasan keduanya Al-Quran dan sunah atau untuk memahami lebih banyak dari kedua sumber ilmu umat Islam tersebut, tergantung pengetahuan tentang ilmu Nahwu ini. Selain itu, ilmu nahwu juga berguna dalam memperbaiki lisan agar sesuai dengan bahasa Arab, yang dengannya Kalamullah Al-Quran turun dengan bahasa Kata dalam Ilmu NahwuSubjek pembahasan dari ilmu nahwu adalah huruf harf, kata kalimah, dan kalimat jumlah. Sementara itu, jenis kata dalam bahasa Arab yang termasuk pembahasan ilmu nahwu ada tiga, yaitu kata benda atau isim, kata kerja atau fi’il, dan huruf atau harfun. 1. Kata Benda atau Isim Kata benda atau Isim dalam ilmu nahwu merujuk pada benda, sifat, ataupun orang. Biasanya ismim atau kata benda ini dapat dilihat dari jenis kelaminnya, apakah isim tersebut isim mudzakkar isim yang berjenis kelamin laki-laki atau isim muannats isim yang berjenis kelamin perempuan. Contoh isim mudzakkar adalah Muhammad, Umar, dan Nuh. Sementara itu, contoh isim muannats di antaranya adalah Fatimah, Aisyah, dan Aminah. Jika diperhatikan, pada akhir lafadz kata berjenis kelamin perempuan selalu diakhiri dengan huruf ta marbutah ة, sedangkan isim nmudzakar bisa berakhiran apa saja. Selain isim berdasarkan jenis kelamin, ada pula isim berdasarkan jumlahnya. Isim berdasarkan jumlahnya dibagi menjadi lima macam, yaitu isim mufrad, isim tasmiyah, isim jama’ muzakkar salim, isim jama’ muannas salim, dan isim jama’ taksir. 2. Kata Kerja atau Fi'il Fi’il sebagai ilmu nahwu dibagi lagi menjadi fi’il madhi kata kerja masa lalu, fi’il mudhari kata kerja masa sekarang atau masa depan, fi’il amr kata perintah, fi’il nahi kata kerja melarang. Contohnya yaitu asal kalimatnya adalah fi'il Madhi menjadi ضَرَب Dharaba, artinya 'telah memukul'. Kemudian diubah ke fi’il Mudhari’ menjadi يَضْرِبُ Yadhribu, artinya 'akan memukul'. Setelah itu, diubah menjadi contoh lain, misalnya Masdar ضَرْبٌ Dharbun artinya 'pukulan'. 3. Huruf atau Harfun Harfun adalah kelompok atau jenis kata yang tidak termasuk isim dan fi’il. Fungsinya sebagai kata depan, kata sambung, atau kata tambahan. Ciri utama harfun adalah tidak dapat dipahami jika tidak berdiri sendiri dan biasanya hanya terdiri dari beberapa huruf hijaiyah.* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan. Kata Kata Mutiara Ilmu Nahwu Saat itu, aku seperti ISIM MUFROD, tunggal sendirian saja… seperti kalimat HURUF, sendiri tak bermakna… seperti fi’il LAAZIM, mencintai tak ada yang dicinta… tak mau terpuruk dan terdiam, aku harus jadi MUBTADA’, memulai sesuatu.. menjadi seorang FA’IL, yang berawal dari fi’il.. namun aku seperti FI’IL MUDHOORI’ ALLADZII LAM YATTASHIL BIAAKHIRIHII SYAIUN… mencari sesuatu, tapi tak bertemu sesuatupun di akhir… Bertemu denganmu adalah KHOBAR MUQODDAM, sebuah kabar yang tak disangka… Aku pun jadi MUBTADA’ MUAKKHOR, perintis yang kesiangan…. Aku mulai dengan sebuah KALAM, dari untaian susunan beberapa lafadz… yang MUFID, terkhusus untuk dirimu dengan penuh mak’na… Aku dan kamu, bagaikan IDHOFAH… aku MUDHOF,sedang kamu adalah MUDHOF ILAIH nya…. Sungguh Tak bisa dipisahkan…. Cintaku padamu, beri’rob ROFA’. Betul2 TINGGI … Bertanda DHUMMAH. Bersatu….Cinta kita bersatu, mencapai derajat yang tinggi….. Saat mengejar cintamu, aku cuma isim beri’rob NASHOB. Susah payah…. yang bertanda FATHAH. Terbuka…. SEHIGGA HANYA DENGAN BERSUSAH PAYAH MAKA CINTA ITU KAN TERBUKA. Setelah mendapatkan cintamu, tak mau aku seperti isim yang KOFDH. Hina dan rendah Bertanda Kasroh. Terpecah belah…. SEHINGGA JIKA KITA BERPECAH BELAH TAK BERSATU, RENDAHLAH DERAJAT CINTA KITA. Karenanya, kan kujaga CINTA kita, layaknya fiil beri’rob JAZM. Penuh kepastian Bertanda dengan SUKUN. Ketenangan… Kan kita gapai cinta yang penuh damai,,,, saat semua terikat dengan kepastian tanpa ragu-ragu,,,, Seperti MUBTADA’ KHOBAR,,,,, dimana ada mubtada’ pasti ada khobar. Setiap ada kamu pasti ada aku yang selalu mendampingi mu disetiap langkahmu. Seperti tarkib IDHOFAH,,,, Dimana mudlof dan mudlof ilaih menyebabkan hubungan dan tak boleh ditanwin, karena tanwin menunjukkan Hubungan pertalian antara aku dan kamu yang menyebabkan tumbuhnya cintaku. Perasaanku padamu itu menyebabkan adanya NAMA,,,, yaitu “cinta”. Daun waru ini sebagai lambang cintaku padamu. Dimana ini adalah sebuah panggilan. Aku memanggilmu dengan sebutan “cayang”. Bila dirimu DEKAT aku memanggilmu “hai, yang”. Bila dirimu JAUH aku memanggilmu “wahai cayang”. Seperti MAF’UL LIAJLIH,,,, Perasaan yang didatangkan untukku ini menjelaskan penyebb terjadinya cintaku padamu. Tak ada seseorang yang kucinta kecuali dirimu. Kamu berada diurutan yang KETIGA diantara yang kucinta. Pertama adalah cintaku kepada Allah dan rasul. Kedua kepada orang tuaku guru dan ulama. Ketiga adalah cintaku padamu. Kamu adalah yang menjadi SUBYEK seseorang yang aku idamkan. Tingkah lakumu yang membuat diriku jatuh cinta padamu….. Cinta itu seperti KALIMAT ISIM Cinta itu tidak dibatasi oleh waktu Cinta itu seperti MUBTADA KHOBAR Andai Adinda Mubtada, maka Kakanda akan menjadi khobarnya Seorang Kakanda akan selalu ada untuk Adinda Cinta juga bagaikan FI’IL & FA’IL Dirinya tak ada artinya tanpa kehadiran kekasihnya Dan Juga bagaikan JAR MAJRUR Kemanapun kekasihnya pergi, Ia kan slalu menemaninya. Atau bahkan seperti SYARAT JAWAB Bila kekasihnya tidak ada, apalah arti hidupnya? Wahai Ternyata tidak selamanya perasaan ini MABNI. Tapi sungguh sulit mengADZFU bayangmu. Padahal aku sudah mencoba memasukkan AMIL-AMIL lain. Namun tetap saja sulit mencari pemBADALmu. Kamu memang benar-benar FAIL yang sempurna. Yang membuat perasaan ku semakin mengTAUKID. Walau antara kita mungkin tak pernah terATHOFkan. Aku ingin mengIDHOFkan perasaanku ini padamu. Lalu bagai mana HAL-mu atas perasaanku ??? Kata-kata Bijak 1 s/d 10 dari 285. Ilmu tanpa akal ibarat seperti memiliki sepatu tanpa kaki. Dan akal tanpa ilmu ibarat seperti memiliki kaki tanpa sepatu. ― Ali bin Abi Thalib Pemeluk Islam pertama dan juga keluarga dari Nabi Muhammad 599-661 Menuntut ilmu adalah taqwa. Menyampaikan ilmu adalah ibadah. Mengulang-ulang ilmu adalah zikir. Mencari ilmu adalah jihad. Raihlah ilmu, dan untuk meraih ilmu belajarlah tenang dan sabar. Setinggi-tinggi ilmu, semurni-murni tauhid, sepintar-pintar siasat. Kecantikan yang abadi terletak pada keelokan adab dan ketinggian ilmu seseorang. Bukan terletak pada wajah dan pakaiannya. ― Buya Hamka Seorang ulama, aktivis dan sastrawan Indonesia 1908-1981 Iman tanpa ilmu bagaikan lentera di tangan bayi. Namun ilmu tanpa iman, bagaikan lentera di tangan pencuri. ― Buya Hamka Seorang ulama, aktivis dan sastrawan Indonesia 1908-1981 Harta itu kurang apabila dibelanjakan tapi ilmu bertambah bila dibelanjakan. ― Ali bin Abi Thalib Pemeluk Islam pertama dan juga keluarga dari Nabi Muhammad 599-661 Apa guna punya ilmu tinggi kalau hanya untuk mengibuli, apa guna banyak baca buku kalau mulut kau bungkam Satu mimpi satu barisan ― Wiji Thukul Penyair dari Indonesia 1963-1998? Dua jenis manusia yang tak akan merasa kenyang selama-lamanya pencari ilmu dan pencari harta. ― Ali bin Abi Thalib Pemeluk Islam pertama dan juga keluarga dari Nabi Muhammad 599-661 Tidak apa-apa kalau ilmu agamamu masih pas-pasan, itu malah membuatmu menjadi rendah hati. Banyak orang yang sudah merasa tahu ilmu agama, malah menjadikannya tinggi hati. ― Emha Ainun Nadjib Seorang seniman, budayawan, penyair, serta intelektual asal Indonesia. 1953- Kata-kata ilmu - quotes, kata-kata bijak dan kutipan dengan ilmu yang terbaik dan terkenal 285 ditemukan

kata kata bijak ilmu nahwu